Karunia bencana, berkah musibah, tawa tangis, sengsara bahagia, semangat loyo, sehat sakit, optimis pesimis datang silih berganti mempengaruhi suasana hati. Ketika senang manusia lupa pada penderitaan. Seakan akan ia akan terus hidup senang. Begitu pula ketika susah, manusia mengira ia akan terus hidup susah. Yg mengkhawatirkan adalah, apabila manusia kehilangan orang, maka kepada siapa ia menggantungkan nasibnya? Atau barang/jabatan yg sangat dicintainya, atau tertimpa musibah berulang kali secara beruntun. Maka ia menjadi lemah: fisik maupun mentalnya. Sebagian orang bisa berbuat nekat, tak mampu lagi menggunakan akal sehat. Resep bahagia yg sesungguhnya adalah bahwa kita bahagia bukan karena kita kaya, sukses atau keberhasilan yg lain. Kita bisa bahagia sejak dititik nol, yaitu dengan menata pikiran kita. Bila kau ditimpa musibah, jangan berkata "Andaikata aku berbuat demikian dan demikian tentu aku akan demikian dan demikian". Tapi katakanlah, "Allah telah menakdirkan ini, dan apa yg Dia kehendaki pasti terjadi". Sebab berandai andai akan membuka pintu bagi setan. (Riwayat Muslim, Ibnu Majah & Ahmad) Kita harus saling menyayangi, mesti tidak saling menyukai. Pengetahuan diperoleh dengan belajar, keyakinan dengan keraguan, keahlian dengan praktek, CINTA dengan CINTA. (Thomas Szasz)
tp knyataan'y yg tak sepakat mlah dbenci, yg tulus mlah dihianatin, yg sedih mlah diketawain atau dikatain, yg dosa mlah dihina bukan disemangati biar bangkit dr dosanya. Ah pusing aq ka.....................
Ga apa apa biarin aja.. yg penting kite berbaik sangka aja. Sabar aja sabar.. saling ngingetin yg baik baik