Cinta beda agama

Discussion in 'Ruang Curhat' started by Elfina, 25 February 2018.

Silakan gabung jadi member agar bisa posting
  1. Elfina

    Elfina New Member

    Saya anggota baru disini, alasan saya curhat disini adalah banyak cerita yang saya ingin tanyakan ke banyak orang / orang dewasa lainnya lewat tulisan. Karna seringnya kata-kata tak tersampaikan jika lewan lisan.

    Saya masih SMA dan tahun ini saya lulus. Saya menjalin hubungan terlarang selama 2 tahun. Selain larangan orang tua juga larangan agama. Memang dosa, tapi saya pun manusia sama seperti kalian. Saya memang masih sangat muda, tapi bukan berarti remaja tak merasakan sakit yang sama dengan yang lebih dewasa.

    Saya hanya ingin mendengar solusi kalian semua, tolong jangan hujat saya..

    Saya berbeda agama dengan dia. Awalnya saya tidak menganggap hubungan ini akan seperti sekarang. Dan setelah hampir 2 tahun, saya baru sadar mungkin emang ini jalan Tuhan memisahkan kita.

    Berat. Sangat berat. Hampir tiap minggu setidaknya ada 1-2 hari kita beradu pendapat. Dia slalu merasa saya menyinggung perasaannya. Dan setiap saya tanya apanya yang salah dan apa yang ia rasa, ia slalu menyalahkan dirinya yang berlebihan.

    Sampai akhirnya ia seperti itu lagi sekitar 2 hari yang lalu, dan saya cape dan saya tegaskan "kalau tetap tak ingin cerita apa yang terjadi, putuskanlah harus gimana kita sekarang". Dia slalu merasa bahwa dirinya yang berlebihan dan itu membuat saya semakin merasa bersalah.

    Kita slalu bertengkar dengan hal itu. Ia tersinggung kemudian saya minta maaf, dan ia tidak mau saya minta maaf lalu saya minta penjelasan dan ia minta lupakan. Saya jadi merasa orang yang paling jahat didunia karna sudah menyakiti dirinya. Dia bisa dibilang pria yang melankolis, sedangkan saya? Saya bahkan tak ingat kapan terakhir menangis, saya tidak mau menangis terlarut maka dari itu saya slalu menjalani hidup apa adanya dan tak pernah berharap berlebihan.

    Kami satu kelas, dan kemarin dia tiba-tiba keluar kelas dan pergi ke arah parkir seorang diri tanpa saya. Lalu ia pamit lewat temannya. Ketika saya berlari ke arah parkir saya bertanya kepada dia, yang pasti saya tidak dengan wajah becanda dan seserius mungkin.

    Lalu permasalahan itu datang lagi. Dia bilang " kemarin kamu ngomong sesuatu yang bikin aku ga berani deketin kamu lagi " dan tentunya dia tidak memberi tahu pembicaraan yang ia maksud. Lalu saya menyuruh ia pulang dengan kecewa. Tiba2 dia mengejar saya dan menyuruh saya pulang bersama dia dengan alasan 'tanggung jawab'.

    Saat itu saya bersyukur mendapat seorang lelaki yang sangat dewasa mengingat kewajibannya walau saya kecewa. Saya pun pulang dengan mengutuk diri sendiri karna slalu membuat dia merasa sedih. Di sepanjang jalan ia mencoba membuat saya tertawa, tapi saya benar benar tak bisa memaafkan diri saya dan wajah saya benar benar tak bisa tersenyum

    Sesampainya depan gang, saya menyampaikan " aku terima pemberian materi kamu ini , tapi tolong aku gabisa nyakitin kamu terus." Begitulah pokonya, lalu tiba2 dia menangis, dia nangis bilang takut sama saya. Dan disitu saya kira dia mulai memelodrama kan situasi. Tapi dia benar2 seperti orang ketakutan dan ia slalu menyebut nama saya dengan bilang mau bertemu dengan 'nama saya' karna takut dengan saya yang slalu membuat ia tidak nyaman. Dan disitu saya tidak tau harus apa.

    Sekitar hampir 2 jam saya di depan gang menghabiskan waktu dengannya. Kamu berinteraksi lewat handphone, karna dia bilang saya yang di handphone dan langsung orang yang berbeda. Dengan emosi yang ada di hati saya, saya bertanya tanya apa yang harus saya lakukan kepada orang2 terdekat saya lewat hp. saya takut orang tua saya lewat gang dan lihat saya. Saya takut dia nekat masuk rumah / memaki saya, dan yang lebih saya takuti adalah dia menangis sejadi2nya di pinggir jalan . Saya malu, takut, dan tak tau harus berbuat apa.

    Sampai suatu pesan dari teman saya menyadarkan saya bahwa ini bukan drama. "We're on your back. Feel free to cerita ya" . Dan disitu air mata saya jatuh, saya sadar apa yang saya lakukan dengannya hari itu.

    Saya baru sadar dari tadi saya chatan dengan orang yang dihadapan saya. Dan chatan itu berisi cara saya membunuh orang yang membuat dia ketakutan yang tidak lain adalah diriku sendiri. Saya bingung menjelaskannya, memang terdengar gila tapi emang ini kenyataannya.

    Tak lama ia kembali menjadi orang yang aku kenal , yang tidak lagi takut denganku. Dia mengantarku masuk sampai pagar, dan ini pertama kalinya bagiku. Saya tidak banyak bicara dan menuruti apa yang ia suruh. Saya takut saya kembali menjadi orang yang ia takuti. Yang padahal orang itu adalah saya sendiri.

    Malam tiba, kita chatan seperti biasa. Dan ketika mau tidur dia bilang "aku beneran takut tadi" trus aku tanya "takut apa? Aku kenapa?" Trus dia jawab " Ga cukup jelas bkn?perlu aku jelasin trs kenapa kamu yg selalu jd jawaban tiap pertanyaanku?" Sumpah, aku gangerti bagian akhir yang aku garis bawahin.

    Dan dengan emosi yang memuncak saya bales " Karna aku gakenal diri aku sendiri :( aku gatau bagian dr diri aku yang kamu takutin, yang kamu sayangin, aku gatau gapapa kalo kamu gamau jelasin ,aku juga cape, aku bakal usahain bakal trus nunjukin bagian dr diri aku yang kamu sayangin bukan yang kamu takutin. Aku janji"

    Cuma itu yang bisa aku ucapin, ya sebenernya bukan itu yang ingin aku ucapin. Lalu dia balas " Iyaa sayang aku yakin kamu bisa. makasih ya udah mau berusaha jd yg terbaik buat aku "

    ...

    Dan saya tertegun. Please,
    Bukan itu jawaban yg saya inginkan. Saya hanya ingin mendengar bahwa dia minta maaf dan sayang padaku apa adanya. Bagaimana bisa seorang pacar takut dengan pacarnya sendiri dengan alasan saya orang yang berbeda? Saya bukan alter ego, dan diapun bukan.

    Lalu ia seperti itu lagi malam, ketakutan dengan alasan saya marah terhadapnya. Saya kemudian bersumpah demi apapun yg ada didunia ini saya tidak marah, dan memang iya kenyataannya begitu.

    Lalu saya seperti orang gila / seperti orang yang sedang berdongeng (membodoh2i anak kecil yang cengeng) saya tertawa dalam keadaan emosi seperti orang yang baru muncul. "Halo sayang? Kamu dimana? Aku kangen." Itu yg aku ucapkan.

    Lalu dia seperti orang yang baru bertemu dengan ibunya dengan mengatakan "kamu dimana? Aku takut, tadi ada orang yang marahin aku" WTH. ITU AKU HEY!

    Rasanya saya ingin tertawa saat itu juga.saya merasa jadi bahan becandaan kalau dia becanda atas hal itu. Saya merasa seperti orang gila jika terus seperti itu. Sekarang saya ingin bertanya dia itu kenapa? Apa karena dia takut kehilangan saya karna saya terus memarahi dia? Apa dia sayang sama saya apadanya? Saya sendiri gabisa meninggalkan dia untuk sekarang, dan entah sampai kapan. Saya sudah terlalu mencintainya mungkin, karna saya tetap disini walaupun sakit.

    Atau mungkin ini jalan satu2nya dari Tuhan agar kita berjauhan?

    Note: aku ingin bertanya ini sendiri padanya, tapi dia melarangku untuk menangis walau satu tetes karna dia, jika itu terjadi ia akan pergi karna dia merasa gagal membahagiakanku. Sedang aku? Aku merasa perlu menangis untuk mengeluarkan emosi dan dia untuk mengisi hari.

    Saya harus gimana??
     
  2. NandZ

    NandZ New Member

    Break aja dulu pacarannya. Fokus ke sekolah dan mempersiapkan UN.
     
    Elfina likes this.
  3. Talita

    Talita Well-Known Member

    Menurutku dia serba salah.salah dan benci dengan posisinya,salah dan benci dengan hubungan kalian. Semua serba salah makanya dia kalau emosi sm km,dia kembali minta maaf.memang sangat sulit hubungan berbeda it :( seakan ada tembok penghalang.apalagi akhir akhir ini banyak banhet sara yg buat pertemanan dan hubungan beda agama semakin rumit.

    Akupun dulu punya teman.kami sama sama satu pulau dia agama A dan aku B.tapi dia menjudge secara halus betapa benarnya agama dia dan aku harus masuk.aku tersinggung dan hal it buat semua tdk nyaman.padahal dulu,kami fine fine aja gak ada yg bahas agama agama karna kalau kita bahas malah gak ada titik temu.

    Lebih baik kamu berusaha untuk mundur secara perlahan.sakit emang apalagi kalau keseharian nya d habiskan sm dia.tapi aku yakin km bs.karna Tuhanmu juga sakit jika kamu menduakan nya bukan?
     
    Elfina likes this.
  4. Elfina

    Elfina New Member

    Mungkin, saya akan mundur ketika kita udah terpisahkan oleh jarak dan waktu. Untuk saat ini, jujur rasanya sulit untuk teman satu kelas buat tidak saling menyapa apalagi ketika masih dalam hubungan yang baik2 saja. Untuk saat ini saya hanya ingin hubungan kembali seperti biasa agar ketika pisah nanti tidak ada yang membekas lagi diantara kami berdua.
     
  5. Talita

    Talita Well-Known Member

    Jangan dulu.nanti kalau kuliah km udah bs putuskan.tapi masih berhubungan baik gpp...tapi sebatas teman
     

Share This Page