Nasib jadi peminat bahasa di tengah Keluarga Matematika

Discussion in 'Ruang Curhat' started by Atika Indriani, 23 June 2015.

Silakan gabung jadi member agar bisa posting
  1. Atika Indriani

    Atika Indriani Active Member

    Nilai UN dibagikan.
    Bahasa indonesia 90, Bahasa inggris 78, Matematika 67,5, IPA 75. Jadi nemku 31,5.
    Aku jelas senang sekali. Meski dengan nilai segitu, itu dengan usaha sendiri. Rasanya bangga sekali.
    Tapi tidak dengan keluargaku.
    Papaku seorang pegawai kantor pajak. Nenekku seorang Dosen Matematika. Pokoknya semua anggota keluarga besarku adalah jenius matematika, kecuali diriku. Aku lebih cenderung ke Bahasa. Bahkan kehidupan sehari-hariku hanyalah menulis cerita. Lihat saja nemku tadi. Dengan nilai Matematika segitu, tidak ada tanda-tanda aku ini jenius matematika (kalau iya gak mungkin nilaiku 6).
    Kalian sadar nggak sih? Kalau ada orang jenius Matematika, pasti orang itu menerima pujian terus-menerus. Dan kebalikannya, orang jenius bahasa pasti akan dianggap remeh. Bahkan ada yang mencelaku dengan kata-kata, "Yang pintar bahasa itu cuma akan jadi loser". Nilai Matematikaku yang dapat 67,5 membuat keluargaku geleng-geleng, sementara bahasa indonesiaku yang dapat 9 (CATAT : Dengan usaha sendiri!!) hanya dapat celaan, "Ini sih biasa-biasa aja. Dapat segitu di pelajaran sehari-hari. Di Matematika, dong!".
    Ampun deh. Dipikirnya semua buah jatuh nggak jauh dari pohonnya. Buktinya aku sama sekali tidak punya kemiripan dengan keluargaku. Disaat mereka sedang menghitung dengan cepatnya, aku sedang menulis cerita yang terlintas lancar di otakku.
    Oke deh aku mengaku sekarang. Aku sempat dikeluarkan dari tempat les Matematika karena aku dianggap tidak senggup mengikuti pelajaran. Hello!! Menurutku, yang salah itu gurunya. Dia lebih seperti mengajar militer dibanding Matematika padaku, karena setiap megajar dia selalu teriak-teriak karena aku salah menghitung. Oke, di masalah ini aku memang salah. Tapi memangnya perlu teriak-teriak kejam pada murid? Sebenarnya saat aku akan dikeluarkan, aku ingin bilang pada Mamaku untuk memberhentikanku dari tempat les itu. Tapi karena gurunya keburu mengeluarkanku, jadi sekarang aku hanya bisa mengatakan "I feel free!".
    Dan lucunya, setiap wali kelasku adalah guru Matematika, aku selalu dipandang rendah bahkan hina. Tapi saat kelas 9 wali kelasku adalah guru bahasa indonesia, aku menjadi salah satu murid kesayangannya (itu karena aku murid paling cepat tangkap setiap materi yang diajarkannya).
    See? Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Tapi kenapa keluargaku, teman-temanku, bahkan mungkin kalian sendiri memandang tipe orang sepertiku dengan rendah? Biar waktu yang menjawabnya.
     
    acip likes this.
  2. Andira

    Andira Active Member

    yap! Bener banget. Setiap punya kelebihan dan kekurangan masing masing. Jalani aja apa yang sesuai dengan kondisi minat dan bakatmu! Jangan dengarkan dulu orang orang disekitarmu. Karena apa? Kunci kesuksesan ada dalam diri sendiri! :)
     
    acip likes this.
  3. Astra Jingga

    Astra Jingga Active Member

    Siapa bilang orang eksak selalu dapet pujian...? Hehehe... Menurut saya gak, tuh. Saya kurang lebih sama seperti kamu, lemah di soal hitung2an waktu sekolah. Setiap disuruh mengerjakan soal ke depan, kaki saya gemetaran duluan :D Tapi mau percaya silakan, gak juga gpp, waktu saya SMP kelas 2 (kalo buat anak sekarang kelas 8 kali yah?) saya malah jadi 'anak emas' wali kelas yang guru matematika yang galak. Itu juga kata anak2 yang lain, yang pada ngiri, saya nya mah bengong2 aja ngedengernya saking nggak percaya, hehehe...

    Dan itu berlanjut sampai SMA-di mana saya nyasar di jurusan (dulu) A2 atw Biologi, kemudian saat kuliah-di mana saya kembali nyasar ke Jurusan Teknik Informatika. Padahal aslinya sumpah, saya paling ngeri sama soal itung2an :p
    Tapi toh, guru atw dosen matematika, fisika, kalkukus, sikapnya biasa aja sama saya, nggak sampai meremehkan. Bahkan mereka seringkali meminta bantuan saya untuk masalah kesiswaan.

    So, menurut saya sih itu tergantung bagaimana pembawaan kita aja. Kalau kita mudah terpengaruh kan biasanya keliatan banget di cara kita bersikap dan biasanya (juga) itu akan menjadi bahan lelucon kawan2 yang lain...

    Saya setuju dengan Andira, jalani aja apa yang sesuai dengan kondisi minat dan bakatmu, kalau bisa justru tonjolkan itu, sehingga kamu pun akan dipandang memiliki 'daya saing' dan 'daya jual', begitu ceritanya...

    Silakan, semoga bermanfaat... :)
     
    acip likes this.
  4. Rizky

    Rizky Member

    assalamualaikum
    sbnre asik menggabungkan matematika dengan bahasa, karna kebanyakan kita selalu menggunakan dua ilmu ini dalam keseharian. aku kasih contoh ya, kamu + aku = i love u :-D
    #hanya menghibur
     
    acip likes this.
  5. imyoona

    imyoona Member

    aku malah kebalikannya saat semua nilai diatas 9 malah nilai bahasa 8, padahal bahasa inggrisku aja nilainya diatas 9 juga. dan tentu diantara semua yang paling jelek selalu nilai bahasa daerah yang cuma dapat 7/6
    aku selalu dikatai sebenarnya kamu orang indonesia bukan sih.
    jadi gak peduli berapapun nilai kita jelek atau bagus. memang orang rata-rata menanggapi negatif. terutama keluarga. itu sebenarnya supaya kamu bisa jadi orang yang lebih baik lagi. setidaknya memperbaiki nilai yang kurang supaya nilainya lebih bagus. dan gak hanya akademik. meski aku pintar di akademik lagi-lagi pasti ada juga yang menanggapi soal sifat dan kepribadian. yaitu tentang kepribadianku yang cuek sifatku yang masa bodoh dan aku yang pemalas. tapi penurut untuk hal yang kurang baik.
    itulah pendapat manusia jadi biarkanlah jadilah diri sendiri. dan perbaiki hal yang memang perlu diperbaiki untuk keuntungan diri kamu sendiri.
     
    near likes this.
  6. acip

    acip New Member

    w suka tuh yg aku + kamu = i love you
     

Share This Page