semakin rumit tak pernah terjawab dengan jelas.

Discussion in 'Ruang Curhat' started by hahachi, 3 September 2017.

Silakan gabung jadi member agar bisa posting
  1. hahachi

    hahachi Active Member

    Selama ini kita hanya melihat enak tidak enak, baik dan buruknya saja tanpa melihat cara memposisikan/menempatkan kebaikan dan keburukan itu secara utuh. Apakah ilmu itu hanya sebatas baik dan buruk? Apakah ilmu itu digunakan untuk enak/tidak enak saja? Setiap manusia pasti akan memposisikan diri berada pada yang baik-baik dan mengusahakan yang enak-enak untuk dirinya sendiri-sendiri padahal boleh jadi baik untukmu tapi tidak baik untukku, boleh jadi enak untukmu tidak enak untukku. dan apakah saat ini sudah engkau rumuskan juga cara bersikap berperilaku untuk orang-orang yang berada diluar kebaikan yang engkau anggap baik itu? supaya orang-orang yang diluar kebaikan yang engkau anggap baik itu tidak tersakiti hatinya?

    Selama ini kita cenderung berfikir yang pasti-pasti saja dan memohonpun selalu beranggapan dipasti-pastikan, dan bahkan cara kita memandang/menilai selalu saja berdasarkan yang seolah-olah pasti. Seperti halnya cara kita memandang terhadap hal mendasar dalam matematika, matematika adalah ilmu pasti tapi peranan kita dalam bermatimatika apakah semua berlaku pasti? Sebagai contoh kalau 3+4=7 kalau tiga tambah empat pasti hasilnya tujuh tidak bisa dirubah, tidak bisa ditawar tidak mau disuap. Memang betul demikian dan itu kebenaran sejatinya 3+4=7 kebenaran Allah, tapi ketika seseorang dengan bodoh dan kolotnya menganggap 3+4=1 dan menganggap itu kebenaran mutlaknya maka seumur kebodohan dan kekolotannya akan berpegang dengan kebenaran 3+4=1. Untuk itu apakah kita sebagai manusia pantas memangdang segala sesuatu dengan pasti? Bukankah kepastian hanya milih Allah? kita sangat sering sekali disuguhi dengan permasalahan anggapan kebenaran baik dari luar ataupun dari dalam diri kita sendiri. silahkan saja mewajibkan/meyakini kebenaran apapun kalau anda meyakini 3+4=1 atau 3+4=17 ataupun 3+4=7 terserah yakini saja kebenaranmu yang mana, tapi apakah kebenaran-kebenaran yang kita yakini masing-masing itu untuk dipertarungkan? Apakah kebenaran Untuk dibanding-bandingkan dengan kebenaran yang lain yang lain tanpa melihat perluasan sebab akibatnya? Dan apakah kebenaran yang dianggap sesiapapun paling benar itu untuk dijadikan hidangan kepada orang yang mempunyai kebenaran yang lain? Untuk apa mempertarungkan kebenaran kalau jelas-jelas pada setiap masing-masing orang meyakini kebenarannya sendiri? Mosok sih tidak cukup dengan cinta kasih sayang yang kita hidangkan? Mosok gak ngerti bersikap dengan cinta? Atau jangan-jangan kesadaran kita yang sudah terlalu bengkok bahkan nekuk memahami cinta? Sampai-sampai kita ini ngertinya cinta hampir hanya ada pada urusan kelamin saja karena saking bengkoknya pemahaman kita? Sampai kapan ini akan berlanjut? ntah lah.

    Mohon disadari juga pada matematika tidak semua kalkulasi itu berujung pasti, ada kalanya hasil itu disepakati, misal 1:3=0.333 tapi masih tersisa pecahan 0.001 dan apabila sisa pecahan 0.001 terus dibagi 3 maka tidak akan pernah ada ujungnya, jadi 1:3=0.333 itu bukan hasil kepastian tapi hasil kesepakatan soalnya bisa juga 1:3=0.33333 dibelakang nol terserah maunya sampai berapa digit.

    Bagaimana jika kalkulasi itu dibalik? 0.333x3=0.999 meskipun hasil pastinya tidak 1 tapi boleh juga dibulatkan 0.333x3=1 (hasil pembulatan), adakalanya saat kita melakukan sesuatu hal hanya bernilai 0.999 sedangkan keinginan saya bernilai 1, maka perlu kemurahan untuk menggenapkan menjadi 1 (pembulatan).

    kalau begitu matematika pun yang katanya ilmu pasti tidak semua kalkulasinya bisa dipastikan hasilnya, ada kalanya perlu disepakati karena tidak berujung, ada kalanya perlu kemurahan (dibulatkan), apalagi dengan kehidup manusia pastinya penuh dengan kesepakatan sesamanya dan memohon kemurahan-Nya
     
  2. crowna

    crowna Active Member

    Makanya bro, semakin tinggi pemahaman orang, semakin dia paham kalo Gusti itu menciptakan segala sesuatunya ya sudah begitu...tidak ada yg perlu dipertarungkan untuk satu pengakuan ini benar itu salah, karena semuanya relatif, semua punya perspektif sendiri dalam memahami sesuatu...dan yg begitu mmg g perlu diperdebatkan...karna sejatinya Gusti sudah mengatur bahwa beberapa manusia memandang 3+4=7 dan sebagian yg lain bisa memndang itu 1 atau 17... dan disanalah terdapat tanda2 bagi orang yang beriman dan mau berpikir...

    Beraaaat :eek::eek::eek:
     
  3. hahachi

    hahachi Active Member

    tumben ada yang ngerti :eek::eek::eek: , tapi ya gitu neng sumpah nyesek mulu ngeliat cara mikirnya orang2 yang saya sayangi.... engap banget, ngeliatnya.... seakan sabar itu harus aku brlakukan tanpa ada batasnya, :confused: pokoknya kudu sabar, nelen ludah sendiri...

    apalagi ketika kepaitan yang akan kamu alami sudah kamu perhitungkan maka yang ada hanya bisa mempersiapin diri buat kuat nelen paitnya itu,,, lha ya mau gimana lagi? mau ngindar gak bisa. :confused::(
     
    Numbnumb likes this.
  4. RumputLiar

    RumputLiar Active Member

    Kamu salah besar. Matematika itu bukan ilmu pasti. Tapi kesepakatan. Tidak dibilang science, tapi tools. Lebih dekat ke filsafat.
     
  5. RumputLiar

    RumputLiar Active Member

    Bukan terkadang, tapi pure kesepakatan.
     
  6. hahachi

    hahachi Active Member

    iya yakini saja sepenuhnya apa yang kamu yakini sebagai kebenaranmu,,, :D:D:D
     

Share This Page